Dukungan Perbankan untuk Parawisata

Dukungan Perbankan untuk Parawisata_Bisnis Indonesia_Akbar Suwardi
Sumber: Bisnis Indonesia
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh World Travel & Tourism Council (WTTC) untuk Indonesia tahun 2015, sektor pariwisata merupakan salah satu sub-sektor penghasil devisa non migas terbesar bagi Indonesia.

Sehingga, dengan kondisi harga komoditas yang saat masih rendah (minyak, gas, batu bara, dan karet), maka kontribusi dari sektor parawisata untuk meningkatkan devisa dari hasil ekspor dan mendorong perekonomian sangat diharapkan. Terlebih lagi Indonesia memiliki sumber alam dan budaya yang sangat kaya untuk dapat menjadi negara tujuan utama wisatawan manca negara.

Hal tersebut sesuai dengan hasil kajian International Monetary Fund (IMF) oleh Culiuc di tahun 2014 yang menyatakan bahwa sektor pariwisata termasuk salah satu penyumbang ekspor jasa terbesar di dunia dan dapat menjadi pendorong perekonomian untuk negara-negara berkembang.

Selain itu, sektor parawisata terbukti mampu menciptakan indirect dan induced effect kepada sektor terkait lainnya terutama di sektor jasa (seperti hotel, restoran, transpotasi dan perdagangan) yang nilainya hampir sama dengan direct effect (seperti capital investment, pengeluaran pemerintah dan supply chain effect).

Berdasarkan laporan yang sama dibuat oleh WTTC, di Indonesia sektor parawisata tercatat dapat menyerap tenaga kerja direct sebanyak 3,5 juta orang atau 2,9% dari total tenaga kerja. Selanjutnya bila digabung direct dan indirect terhadap sektor parawisata maka dapat menyerap tenaga kerja mencapai 10,3 juta orang atau 8,7% dari total tenaga kerja.

Akan tetapi, hingga saat ini Indonesia belum maksimal dalam memanfaatkan potensi sektor parawisata. Berdasarkan hasil laporan WTTC untuk negara Asia tahun 2015 dinyatakan bahwa share sektor parawisata, baik direct maupun indirect, terhadap total gross domestic product (GDP) Indonesia masih relatif rendah, yaitu 9,6% sedangkan Thailand (20,8%) dan Malaysia (13,1%).

Banyak hal yang harus ditingkatkan untuk mendorong sektor parawisata dimulai dari infrastruktur (bandara, jalan, pelabuhan, dll.), marketing atau branding, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), hingga pembiyaan dari pemerintah atau lembaga keuangan seperti perbankan.

Bila dilihat dari pembiyaan perbankan kepada sektor parawisata, maka hingga Juni 2016 dinilai masih relatif rendah. Pembiayaan yang telah diberikan kepada sektor akomodasi perhotelan dan penyedia makanan dan minuman (direct) hanya sekitar 2% dari total pembiayaan yang diberikan oleh bank. Namun, bila digabungkan juga sektor yang indirect maka dapat mencapai 9%-10% dari total pemberian kredit.

Meskipun mengalami tren penurunan, pertumbuhan pembiyaan kepada sektor-sektor terkait dengan parawisata selama 2016 masih dapat tumbuh di atas tingkat pertumbuhan kredit nasional dengan angka sekitar 10%-14%.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa hambatan atau tantangan dalam penyaluran pembiayaan ke sektor parawisata, antara lain: Pertama, sumber daya manusia (SDM) profesional masih terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari Pengelolaan dan packaging obyek-obyek wisata yang ada pada umumnya kurang menarik. Salah satu pendorong adalah masih terbatasnya sekolah kejuruan atau institut parawisata.

Kedua, diversifikasi produk sektor parawisata rendah atau hampir mirip. Sehingga persaingan antar pelaku cukup tinggi, sedangkan konsumen merasakan tidak ada perbedaan dari jasa yang ditawarkan. Ketiga, tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) yang cukup tinggi. Tercatat pada Juni 2016 kredit yang diberikan kepada sektor penyedia akomodasi, transportasi, dan perdagangan secara rata-rata memiliki rasio NPL diatas 4% atau mengalami pertumbuhan NPL sekitar 37% bila dibandingkan dengan tahun lalu.

SELAIN PEMBIAYAAN
Meskipun memiliki fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi, dukungan perbankan terhadap sektor parawisata tidak hanya terbatas melalui pembiayaan. Masih banyak hal yang dapat dilakukan oleh perbankan dalam meningkatkan sektor parawisata, antara lain: Pertama, penyediaan fasilitas perbankan untuk mempermudah aktifitas sektor parawisata.

Dukungan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas transaksi, seperti automated teller machine (ATM) dan electronic data capture (EDC) yang tersebar di seluruh tempat tujuan parawisata. Selain itu, bank juga menyediakan sistem pembayaran internasional dan domestik yang cepat sehingga dapat terus mendukung aktifitas sektor parawisata.

Kedua, membantu promosi objek wisata. Dalam praktiknya perbankan dalam mengiklankan produknya akan bekerjasama dengan pihak yang berhubungan dengan sektor parawisata seperti travel agent, hotel, maskapai penerbangan dan lainnya. Bahkan ada juga perbankan yang memberikan diskon paket wisata dalam setiap bundling product simpanan.

Ketiga, melalukan pelatihan terhadap pelaku usaha dan jasa parawisata. Pembinaan dan pelatihan bertujuan untuk pelaku usaha juga bertujuan untuk meningkatkan SDM di sektor parawisata sehingga kedepannya pelaku usaha dapat menciptakan inovasi produk dan jasa pariwisata yang baru dan siap untuk mengembangkan usahanya.

*) Akbar Suwardi Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

http://koran.bisnis.com/read/20161007/251/590271/dukungan-perbankan-untuk-parawisata#.V_h2W8ZLAew.google_plusone_share

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Linear Probability Model (LPM), Logit Model, dan Probit Model (Normit Model) dengan STATA (2011)

Random Effect Model (REM)

Pooled Least Square (PLS)