Penurunan Permintaan Masih Membayangi

Inflasi_Oktober_Akbar Suwardi_Bisnis Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia
JAKARTA – Tingkat inflasi pada Oktober diperkirakan relatif rendah bahkan di bawah level yang terjadi pada bulan sebelumnya menyusul masih berlanjutnya penurunan permintaan masyarakat yang mulai terjadi sejak Agustus tahun ini.

Pengaruh penurunan permintaan masyarakat tersebut terhadap realisasi inflasi pada Oktober tersebut lebih kuat dibandingkan dengan kenaikan harga barang yang diatur oleh pemerintah (administered price).

Berdasarkan survei Bisnis terhadap sembilan lembaga memperlihatkan inflasi Oktober 2016 secara bulanan akan bergerak di kisaran 0,1% dan tahunan sekitar 3,26%.


Juniman, Kepala Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk., mengatakan inflasi pada Oktober 2016 dipicu oleh kenaikan tarif pada tol, kereta rel listrik, dan harga pangan yang mengalami kenaikan tinggi terutama di komoditas cabai yang naik 30%.

Namun, harga beberapa komoditas pangan seperti bawang merah, daging sapi, ayam, telur, dan kedelai justru menurun karena suplainya yang besar.

“Selain itu, harga mobil juga naik. Tarif sewa rumah mengalami kenaikan. Perkirakan Oktober inflasinya 0,07% secara bulanan dan secara tahunan naik 3,23%,” katanya, Senin (31/10).
Pada Oktober 2016, pemerintah menaikkan sejumlah tarif jasa seperti tarif listrik untuk 12,5 juta pelanggan PLN. Tarif listrik di Tegangan Rendah (TR) menjadi Rp1.459,74 per kWh dan tarif listrik di Tegangan Menengah (TM) menjadi Rp1.111,34 per kWh. Tarif listrik di Tegangan Tinggi (TT) menjadi Rp994,80 per kWh dan tarif listrik di Layanan Khusus menjadi Rp1.630,49 per kWh.

Tarif tol juga mengalami kenaikan di beberapa ruas seperti Sedyatmo (Tol Bandara Soekarno Hatta), Jakarta-Cikampek, Kertosono-Mojokerto seksi I, dan Surabaya-Gresik. Sementara itu, tarif KRL Jabodetabek juga mengalami kenaikan Rp1.000 per 1 Oktober 2016.

Sebelumnya, inflasi pada sepanjang September 2016 tercatat 0,22% (month-on-month/mom) atau 3,07% (year-on-year/yoy). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong utama terjadinya inflasi pada September 2016 berasal dari cabai merah yang mengalami kenaikan 18,80%, namun harga kelompok bahan makanan secara umum deflasi 0,07%.

Selain cabai merah, tarif pulsa telepon selular yang naik 2,85%, tarif sewa rumah naik 0,53%, biaya pendidikan akademi dan perguruan tinggi naik 1,79%, harga rokok kretek filter naik 1% dan tarif listrik naik 0,55% juga mendorong laju inflasi September 2016.

Faktor Musiman
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengatakan berdasarkan survei lembaganya, kelompok bahan makanan masih menyumbang deflasi sebesar 0,03% pada Oktober 2016. Namun, kenaikan pada administered price mengerek inflasi sekitar 0,04% sehingga menaikkan keseluruhan angka inflasi.

“Kalau keseluruhan 2016 saya kira tinggal faktor musiman saja yang akan mengerek inflasi seperti liburan dan kenaikan harga kelompok makanan di Desember,” ucapnya.

Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Akbar Suwardi menuturkan inflasi akan tetap terkendali di kisaran 0,1% (mom) atau 3,25% (yoy). Selain pelemahan dari permintaan yang dia perkirakan inflasi inti berada di kisaran 3,23%, rendahnya laju inflasi juga didorong oleh sisi suplai yang memadai dan logistik yang efisien.

Perbaikan permintaan akan terjadi pada akhir tahun tapi masih sangat terbatas. Menurut dia, inflasi di sisa bulan tahun ini akan mengukuhkan inflasi keseluruhan tahun ini pada level 3%. Inflasi akhir tahun itu merupakan tingkat terendah sejak Desember 2009 yang mana inflasi kala itu tercatat sebesar 2,78% (yoy).

“Inflasi inti lebih baik baik dari pada bulan lalu sehingga permintaannya masih stagnan. Perbaikan permintaan di akhir tahun biasanya terjadi namun tahun ini diperkirakan masih sangat terbatas,” ujarnya.

Kepala Riset Ekonomi PT Danareksa (Persero) Damhuri Nasution inflasi sepanjang Oktober 2016 sebesar 0,06%, penurunan inflasi disebabkan adanya panen di beberapa daerah sehingga kelompok pengeluaran bahan makanan cenderung terjaga. Tahun ajaran baru juga sudah berakhir juga mempengaruhi rendahnya inflasi pada Oktober 2016.

Namun dibandingkan Oktober 2015 yang mana deflasi 0,08% (mom), laju inflasi tahunan Oktober 2016 akan mengalami kenaikan menjadi 3,22% (yoy).

“Disamping itu tahun ajaran baru untuk SD sampai dengan Perguruan Tinggi sudah berakhir , sehingga laju inflasi kelompok pengeluaran Pendidikan akan menurun signifikan,” katanya.

http://koran.bisnis.com/read/20161101/433/597821/penurunan-permintaan-masih-membayangi#.WBf1Q-2fcC0.google_plusone_share

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Linear Probability Model (LPM), Logit Model, dan Probit Model (Normit Model) dengan STATA (2011)

Random Effect Model (REM)

Ordinary Least Square (OLS) dengan STATA (2011)