Kabupaten Klaten
Secara
Letak geografis Kabupaten Klaten, yang luas wilayahnya mencapai 665,56 km2,
merupakan kabupaten di Provinsi Jawa tengah dan berbatasan langsung dengan
Provinsi Yogjakarta. Dimana sebelah timur berbatasan dengan kabupaten
Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah
Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman
(Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten
Boyolali. Salah satu parawisata di Klaten itu adalah Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.
Keadaan
iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau
silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30o Celsius.
Jadi kondisi siang hari di Klaten itu panasnya hampir sama dengan kondisi di
Jakarta, hanya saja tidak banyak polusi kendaraan bermotor.
Mengenai
kendaraan, disini tidak ada sama sekali angkutan umum baik itu bus maupun
angkot (angkutan mobil kecil). Jadi bagi pendatang yang tidak punya kendaraan
hanya dapat mengandalkan becak atau jalan kaki. Masyarakat disini dominan
mengguakan sepeda motor, dari anak sekolah SMP, SMA, Kuliah sampe yang kerja
dan tidak mengenal laki-laki atau perempuan biasa menggunakan kendaraan
sendiri. Pernah iseng bertanya sama warga setempat mengenai angkutam umum, kata
dia kendaraan umum dulu ada disini banyak. Namun seiring dengan bertambahnya waktu,
warga lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi.
Sebelum
ke Klaten, bagi yang naik pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta ke Yogjakarta.
Disana kondisi angkutan umum sedikit lebih baik (kayaknya), karena sempat
melihat angkutan umum sejenis metromin. Tapi, kalau udah malem itu angkutan
tinggal beberapa bahkan ngga ada. Jadi, kondisi kendaraannya pun sama dengan
Klaten yaitu didominasi oleh kendaraan umum lebih khusus motor.
Pertanyaan
mendasarnya adalah apakah hal ini terjadi akibat sangat murahnya bensin premium
dan mudahnya mendapatkan kredit motor sehingga masyrakat lebih suka naik
kendaraan pribadi (khusunya motor). Akibat hal tersebut lambat laun mengikis
peranan angkutan umum dan seperti kita tahu angkutan umum adalah milik pribadi
jadi kalau ngga ada yang naik lebih baik ngga beroperasi lagi dari pada rugi.
Tapi, kondisi lain kalau tiba-tiba pemerintah seenak hatinya menaikkan harga
premium maka banyak masyarakat yang marah, secara kendaraan probadi jadi
andalan utama mereka kemana-kemana saat ini. Jadi kenaikan premium akan
menyebabkan biaya oprasional lebih mahal.
Mengingat
setiap liter premium disubsidi, jika jumlah kendaraan umum tidak
dikontrol, maka kuota premium subsidi yang artinya beban subsidi
pemerintah akan terus naik. Apalagi kalo fenomena ini tidak terjadi hanya di
Klaten dan Jogjakarta tapi diseluruh kota di Indonesia, dimana masyarakat lebih
suka menggunakan kendaran pribadi dengan bensin premium, mengingat ini murah
dan kalau dinaikan nanti bisa dengan demo terus ngga jadi, maka semangkin besar
beban subsidi yang akan dialokasikan untuk menjadi asap saja.
Tapi
dengan pemikiran arif dan bijaksana, bisalah permasalahan ini diselesaikan dengan
baik. Apalagi banyak lulusan kebijakan publik dari luar negeri di Indonesia.
busa juga karena ngga ada angkutan umum jadinya mereka memilih motor sebagai alternatif.
BalasHapus